yaa habibi yaa Rasululloh

yaa habibi yaa Rasululloh

Kamis, 11 Juli 2013

MEMBACA 'Shadaqallahul 'azim' BUKAN BIDAH

HUKUM “SHADAQALLAHUL AZHIM” MENURUT WAHABI ITU BID’AH, BENARKAH DEMIKIAN ?

TAFSIR AL-BAGHAWI 4


Penganut paham Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najd (Wahabi) mengklaim bahwa ucapan tersebuat adalah bid’ah atau hal baru yang diada-adakan karena Rasulullah dan para sahabat serta salafus shalih tidak mengucapkannya.
Berikut diantara hujjah-hujjahnya.


فتوى رقم ( 3303 ) :
س: ما حكم قول (صدق الله العظيم) بعد الفراغ من قراءة القرآن؟s
ج: قول (صدق الله العظيم) بعد الانتهاء من قراءة القرآندعة؛ لأنه لم يفعله النبي صلى الله عليه وسلم، ولا الخلفاء الراشدون، ولا سائر الصحابة رضي الله عنهم، ولا أئمة السلف رحمهم الله، مع كثرة قراءتهم للقرآن، وعنايتهم ومعرفتهم بشأنه، فكان قول ذلك والتزامه عقب القراءة بدعة محدثة، وقد ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: « من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد » (1) رواه البخاري ومسلم وقال: « من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد » (2) رواه مسلم .
وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم .

Pertanyaan: Apa hukum mengucapkan“Shadaqallahul ‘Adzim” setelah selesai membaca Al-Qur’an?

Jawaban: Ucapan “shadaqallahul ‘adzim” setelah membaca Al-Qur’an adalah bid’ah, karena Nabi shalallahu alaihi wa salam tidak pernah melakukannya, demikian juga para khulafa’ur rasyidin, seluruh sahabat dan para imam salafu shalih, padahal mereka banyak membaca Al-Qur’an, sangat memelihara dan mengetahui benar masalahnya. Jadi, mengucapkan dan mendawamkan pengucapannya setiap kali selesai membaca Al-Qur’an adalah perbuatan bid’ah yang diada-adakan. Telah diriwatkan dari Nabi shalallahu alaihi wa salam bahwa beliau bersabda,

« من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد » (1) رواه البخاري ومسلم

“Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Dan Nabi bersabda,

« من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد » (2) رواه مسلم .

“Barangsiapa mengerjakan amalan yg tidak ada atasnya dalam urusan kami (dalam islam), maka ia tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Hanya Allah lah yang mampu memberi petunjuk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa salam, keluarga dan para sahabatnya.

(Fatwa Al-Lajnah Da’imah, fatwa nomor 4303. Dinukil dari Fatwa-Fatwa Terkini)

Shalih Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan ditanya :

59 ـ هل من الصواب أن يقول المسلم‏:‏ ‏”‏صدق الله العظيم‏”‏ بعد قراءة القرآن وهل هي واردة‏؟‏
59 – Apakah dibenarkan bagi seorang muslim untuk mengucapkan ‘shadaqallahul adzim’ setelah selesai membaca Al-Qur’an, apakah ada riwayat hadits yang menjelaskan perbuatan tersebut ?

Shalih Fauzan menjawab :


لم يرد أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ ولا أحدًا من صحابته أو السلف الصالح كانوا يلتزمون بهذه الكلمة بعد الانتهاء من تلاوة القرآن‏.‏ فالتزامها دائمًا واعتبارها كأنها من أحكام التلاوة ومن لوازم تلاوة القرآن يعتبر بدعة ما أنزل به من سلطان‏.‏
Tidak terdapat riwayat baik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , salah seorang sahabat serta salafus shalih yang terbiasa mengucapkan kalimat ini setelah selesai membaca Al qur’an. Maka terus menerus membiasakan diri membaca kalimat ‘shadaqallahul adzim’ dan menjadikannya seolah-olah termasuk salah satu hukum dan kewajiban saat membaca Al Qur’an termasuk perkara bid’ah yang tidak ada keterangannya.

Wahabi salafi dan ulamanya andalannya adalah hadits berikut ini:

عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (اقرأ) قال يا رسول الله كيف أقرأ عليك وعليك أنزل قال (إني أحب أن أسمعه من غيري )فقرأ حتى بلغ قوله تعالى : فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا قال له النبي ((حسبك)) قال ابن مسعود فالتفت إليه فإذ عيناه تذرفان

Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam telah berkata kepadaku, “Bacakan kepadaku (Al Qur’an)!” Aku menjawab, “Aku bacakan (Al Qur’an) kepadamu? Padahal Al Qur’an sendiri diturunkan kepadamu.” Maka Beliau menjawab, “(Sesungguhnya aku lebih senang mendengarkan dari orang lain yang membacakannya)”. Lalu aku membacakan [Surat An-Nisaa’] sampai pada ayat 41 (“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).”. Lalu beliau berkata, “Cukup, cukup.” Lalu aku melihat beliau, ternyata kedua matanya meneteskan air mata.
(HR. Bukhari)


Menurut pemahaman wahabi salafi mengenahi hadits tersebut karena Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam ketika memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk berhenti dari membaca Al-Qur’an dengan kata “HASBUK”(cukup), dan tidak memerintahkan Ibnu Mas’ud membaca shadaqallahul’adzim. Astaghfirullahal azhim, sungguh dangkal pemahaman mereka ini.



BANTAHAN FATWA NOMOR 3010 DAN FATWA SHALIH AL-FAUZAN DIATAS SECARA ILMIAH SBB:


Mengucapkan Shadaqallahul Azhim adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala sbb:
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS, Ali Imran: 95)


وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الأحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (QS. Al-Ahzab: 22)

Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan ucapan Shadaqallahul Azhim sbb:

Terdapat dua ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebut harta dan anak sebagai fitnah, yaitu surah Al-Anfal ayat 28 dan surah At-Taghabun ayat 15, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Perbedaannya: pada surah Al-Anfal, Allah menggunakan redaksi pemberitahuan “ketahuilah”, sedangkan pada surah At-Taghabun menggunakan redaksi penegasan “sesungguhnya”. Namun ungkapan yang mengakhiri kedua ayat tersebut sama, yaitu “di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Sehingga bisa dipahami bahwa fitnah harta dan anak bisa menjerumuskan ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah swt. Dan makna yang kedua itulah yang dikehendaki oleh Allah, sehingga Allah mengingatkannya di akhir ayat yang berbicara tentang fitnah anak dan harta “dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.”. (QS. At-Taghabun: 15)

Disinilah awal sebuah riwayat sebagai BANTAHAN atas klaim kebenaran keyakinan wahabi bahwa Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkan “SHADAQALLAHUL AZHIM”,
Sementara dalam Kitab-kitab Tafsir menjelaskan sbb:
1.         Dalam tafsir Al-Baghowi mengenahi QS. At-Taghobun: 14 sbb:


عن عبد الله بن بريدة قال سمعت أبي بريدة يقول : كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يخطبنا ، فجاء الحسن والحسين وعليهما قميصان أحمران يمشيان ويعثران ، فنزل رسول الله – صلى الله عليه وسلم – من المنبر ، فحملهما فوضعهما بين يديه ، ثم قال : ” صدق الله : إنما أموالكم وأولادكم فتنة ، نظرت إلى هذين الصبيين يمشيان ويعثران ، فلم أصبر حتى قطعت حديثي ورفعتهما ” .

Dari Abdulloh bin Boraidah berkata aku mendengar Abu Buraidah (bapaknya) ia berkata, ‘Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami, maka datanglah Hasan dan Husain yang keduanya memakai baju merah dan keduanya berjalan dan terjatuh. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbar dan mengambilnya ke pangkuannya kemudian bersabda, “Maham Benar Allah (SHADAQALLAH) “Sesungguhnya harta kekayaan dan anak-anak kamu itu merupakan fitnah.” Aku melihat dua anak-anak ini berjalan dan jatuh menyebabkan aku hilang sabar dan terus memotong ucapanku dan mengangkatkan kedua-duanya.

2.         Dalam tafsir Al-Qurthubi sbb:

روى الترمذي وغيره عن عبد الله بن بريدة عن أبيه قال : رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يخطب ; فجاء الحسن والحسين – عليهما السلام – وعليهما قميصان أحمران ، يمشيان ويعثران ; فنزل صلى الله عليه وسلم فحملهما بين يديه ، ثم قال : ” صدق الله عز وجل ( إنما أموالكم وأولادكم فتنة ) . نظرت إلى هذين الصبيين يمشيان ويعثران فلم أصبر حتى قطعت حديثي ورفعتهما ” ثم أخذ في خطبته .

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya dari Abdulloh bin Buraidah berkata dari bapaknya ia berkata, ‘Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah, maka datanglah Hasan dan Husain -semoga keselamatan bagi keduanya- yang keduanya memakai baju merah dan keduanya berjalan dan terjatuh. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbar dan mengambilnya ke pangkuannya kemudian bersabda, “Maham Benar Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi (SHADAQALLAH ‘AZZA WA JALLA) “Sesungguhnya harta kekayaan dan anak-anak kamu itu merupakan fitnah.” Aku melihat dua anak-anak ini berjalan dan jatuh menyebabkan aku hilang sabar dan terus memotong ucapanku dan mengangkatkan kedua-duanya.

3.         Dalam tafsir Ibnu Katsir sbb:


وقال الإمام أحمد : حدثنا زيد بن الحباب ، حدثني حسين بن واقد ، حدثني عبد الله بن بريدة ، سمعت أبي بريدة يقول : كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يخطب ، فجاء الحسن والحسين رضي الله عنهما ، عليهما قميصان أحمران يمشيان ويعثران ، فنزل رسول الله – صلى الله عليه وسلم – من المنبر فحملهما فوضعهما بين يديه ، ثم قال : ” صدق الله ورسوله ، إنما أموالكم وأولادكم فتنة ، نظرت إلى هذين الصبيين يمشيان ويعثران فلم أصبر حتى قطعت حديثي ورفعتهما ” .

Imam Ahmad berkata, telah berkata kepada kami Zaid bi Al-Habba, telah berkata kepadaku Husain Bin Waqid, telah berkata kepadaku Abdullah bin Buraidah berkata, ‘aku mendengar dari Abu Buraidah (Bapaknya) ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah, tiba-tiba datang Hasan dan Husin -semoga keselamatan bagi keduanya- yang keduanya memakai baju merah dan keduanya berjalan dan terjatuh. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbar dan mengambilnya ke pangkuannya kemudian bersabda, “Maham Benar Allah dan (Maha Benar) Rasul-Nya (SHADAQALLAH WA RASULUH) “Sesungguhnya harta kekayaan dan anak-anak kamu itu merupakan fitnah.” Aku melihat dua anak-anak ini berjalan dan jatuh menyebabkan aku hilang sabar dan terus memotong ucapanku dan mengangkatkan kedua-duanya.


ففي الجامع لأحكام القرءان، – للقرطبي ، الجزء 1 ، باب ما يلزم قارئ القرآن وحامله من تعظيم القرءان وحرمته: قال الترمذي الحكيم أبو عبد الله في نوادر الأصول: ” فمن حرمة القرءان ألا يمسه إلا طاهرا…..ومن حرمته إذا انتهت قراءته أن يصدق ربه، ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وسلم، ويشهد على ذلك أنه حق، فيقول: صدقت ربنا وبلغت رسلك، ونحن على ذلك من الشاهدين اللهم اجعلنا من شهداء الحق، القائمين بالقسط ثم يدعو بدعوات.

Dan disebut al-Qurtubi didalam tafsirnya juz 1 (mukaddimahnya) bab apa yg harus dilazimkan (dibiasakan) oleh pembaca dan pembawa al-Qur’an sebagai bentuk mengagungan dan penghormatan, dan didalam kitab Al-Jami’  Li Ahkam Al-Qur’an yg termasuk dari menghormati Al-Qur’an adalah tidak memegangnya kecuali dalam keadaan suci (dari hadats besar atau hadats kecil) dan termasuk penghormatan ketika selesai membaca Al-Qur’an berkata At-Tirmizi dan Al-Hakim agar membenarkan Tuhannya, mengucapkan sadaqallahul ‘azhim’ atau ungkapan yg sama maknanya. Dan penyaksian peyampaian kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Contoh berkata bermaksud: Benarlah Allah Yang Maha Agung dan rasul-Nya yang mulia telah menyampaikan). Dan kami menjadi saksi atas hal itu, “Ya Allah, jadikanlah kami sebagai saksi yg benar (haq), yg berpegang teguh pada keadilan, kemudian menyeru dengan do’a-do’a ini.

Wallahu a’lam bish-Shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar